Jeli Melihat Potensi Daerah, Enam Purna PMI DIY Yogyakarta Bagikan Cerita Inspiratifnya
Jeli Melihat Potensi Daerah, Enam Purna PMI DIY Yogyakarta Bagikan Cerita Inspiratifnya
Yogyakarta - Mendekati akhir dari penyusunan Buku Profil PMI Inspiratif, Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) kembali gelar penggalian informasi terhadap enam purna PMI inspiratif di Provinsi DIY Yogyakarta.
Giat yang dilaksanakan selama dua hari tersebut dilakukan di kediaman masing-masing purna PMI, bersama Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) DIY Yogyakarta.
“Buku ini mengusung ide ‘PMI inspiratif’, karena makna inspiratif bisa diartikan secara luas dalam hal positif. “Terdapat banyak cerita tentang kegigihan purna PMI dalam mengatur keuangan agar bisa mewujudkan cita-citanya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia”, ujar Koordinator Bidang Data BP2MI, Elisabeth Endah Widyastuti.
Selain pandai mengatur keuangan, lanjut Endah, para purna PMI tersebut mampu untuk melihat potensi yang ada di kampung halaman mereka. Salah satu contohya ialah Mursidi. Sebagai penduduk asli Desa Nglanggeran, ia dan beberapa warga lainnya menggagas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran di tahun 2008.
“Ide tersebut munculnya mengalir saja, karena dari awal pengembangan, masayarakat kami tidak ada yang mempunyai basic pariwisata”, tutur pria yang pernah bekerja di Korea Selatan tersebut.
Pokdarwis Nglanggeran memulai pembangunan Desa Wisata Nglanggeran dengan memetakan potensi alam, buatan, dan kearifan lokal disana. Dalam pengembangannya, mereka memastikan agar desa wisata tersebut dibangun dengan berwawasan lingkungan, dan berbasis masyarakat.
Kini, sebagai ketua Pokdarwis Nglanggeran, Mursidi berharap, pengunjung bisa mendapatkan pengetahuan tentang pertanian atau budaya dari Desa Nglanggeran, sembari menikmati keindahan alam di desanya.
Purna PMI lain yang juga jeli dalam melihat potensi daerah ialah Sutriyana. ‘Manisnya’ gula kelapa yang dihasilkan dari nira pohon kelapa disekitar rumahnya, telah menjadi sumber penghasilannya selama 12 tahun terakhir. Menyadari besarnya potensi gula kelapa, ia mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tiwi Manunggal di Kulon Progo. Dengan anggota awal sebanyak 10 petani, kini terdapat 1039 petani yang menjadi anggota.
Meningkatnya jumlah anggota petani berbanding lurus dengan permintaan jumlah ekspor gula kelapa. Saat ini, jumlah ekspor gula kelapa tersebut mencapai 40-50 ton setiap bulannya.
Pria yang pernah mencari rezeki di Malaysia tersebut berkeinginan untuk membantu para petani gula kelapa agar mempunyai nasib yang lebih baik. Untuk mewujudkannya, produk gula kelapa yang dijual petani ke KUB Tiwi Manunggal, dibeli dengan harga premium.
Kemampuannya untuk mengelola bisnis gula kelapa tidak terlepas dari ilmu yang ia dapatkan saat menjadi PMI di Malaysia selama 6 tahun. Ia menjelaskan, disiplin waktu, serta pengetahuan tentang cara mengelola perusahaan membantunya dalam membangun bisnis gula kelapa bersama KUB Tiwi Manunggal.
DIY Yogyakarta tidak hanya kaya akan hasil perkebunanya saja, namun daerah istimewa ini juga mempunyai potensi dalam hal peternakan. Adalah Roni Noila, putra asli Sleman tersebut telaten membangun bisnis peternakan ayam.
Selama 21 tahun terakhir, ia telah melalui berbagai lika-liku berbisnis. Bencana alam, wabah flu burung, dan pandemi. Ketiga hal tersebut merupakan beberapa rintangan terbesar yang ia hadapi. Untuk mengatasinya, ia membuat beberapa strategi baru.
Contohnya saat penjualan menurun dan pelanggan tidak bersedia untuk membeli ayam utuh. Ia berinisiatif untuk memasak dan menjual sisa daging ayam tersebut di beberapa hajatan. Dibantu oleh istrinya yang pandai memasak, ide tersebut dapat terlaksana dengan lancar.
Bagai gayung bersambut, pelanggan banyak yang memintanya untuk membangun rumah makan olahan ayam. Dari yang awalnya hanya berniat menjual ayam potong, kini ia juga memiliki rumah makan “Sehati Best Chicken”.
Bisnis serupa juga dilakukan oleh M. Nasihuddin. Pria yang pernah bekerja di Korea Selatan tersebut telah merintis bisnis peternakan ayam selama dua tahun terakhir. Uniknya, ia terdorong untuk memulai bisnis tersebut setelah belajar dari Roni Noila yang lebih dulu memulai bisnis peternakan ayam.
Kisah menarik lainnya dimiliki oleh Sumarsa Aji. Bersama istrinya yang juga merupakan purna PMI dari Korea Selatan, ia mendirikan Hangug Café di Kulon Progo. Didukung dengan pemandangan indah dan aneka ragam masakan Korea, café tersebut menawarkan keunikan tersendiri.
Bisnis kuliner nampaknya menjadi salah satu pilihan yang menjanjikan bagi para purna PMI. Sebutlah Bambang Sutrisno, warga Sleman yang menggeluti bisnis frozen food. Awalnya, ia hanya fokus hanya menjual kulit pangsit. Namun, kini ia berhasil mendiversifikasi produknya untuk semakin memperluas pasar.
Berjualan bukan satu-satunya fokus dari bisnisnya. Bertekad untuk dapat menyejahterakan karyawannya, ia mengadopsi sistem penggajian di perusahaan tempat ia dulu bekerja di Korea Selatan. Ia berusaha memastikan agar karyawannya dapat mengatur penghasilan dengan baik, dan mempunyai tabungan kelak setelah pensiun.
Keenam cerita PMI inspiratif tersebut dapat diketahui lebih lanjut di Buku Profil PMI Inspiratif yang akan diterbitkan oleh Pusdatin BP2MI pada akhir tahun ini. Buku ini berusaha menyajikan informasi relevan terkait PMI inspiratif, seperti: narasi PMI inspiratif dari berbagai daerah di Indonesia, serta informasi terkait remitansi.
Sumber :Humas BP3MI