Perusahaan Eksodus ke Jawa Tengah
Perusahaan Eksodus ke Jawa Tengah
Semarang - Kadisnakertrans Provinsi Jawa Tengah, Sakina Rosellasari menyebutkan setidaknya ada 97 perusahaan yang eksodus ke wilayah Jawa Tengah sepanjang 2022. Dimana 28 perusahaan dari Jawa Barat, 24 dari Banten, 14 Jawa Timur, 13 DKI hingga sejumlah perusahaan global.
Sejumlah perusahaan beramai - ramai pindah lokasi Jawa Tengah karena upah pekerja yang dianggap lebih murah. Sejumlah pabrik diketahui mengincar daerah Jawa Tengah karena dianggap memiliki upah minimum yang lebih rendah dibandingkan daerah Jawa Barat.
Sejumlah industri alas kaki tidak menutup kemungkinan bakal terus merelokasi pabrik dari wilayah Jawa Barat ke Jawa Tengah. Pertimbangan soal upah yang lebih murah menjadi alasan utama.
PT HWI menjadi salah satu pabrik yang baru saja relokasi ke wilayah Jateng. Tak hanya Pati, Ganjar menyebut pabrik milik PT HWI juga ekspansi ke sejumlah wilayah Jateng seperti Jepara dan Pemalang.
Perusahaan yang memproduksi sepatu olahraga tersebut rencananya akan menyerap 15 ribu tenaga kerja baru. Dengan tingkat produksi pabrik yang masih stabil, optimis akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap industri seperti PT HWI.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri menyebut persoalannya ada pada biaya upah. Sebagai industri padat karya, relokasi pabrik dinilai lebih masuk akal untuk bertahan.
"Perusahaan yang basis awalnya di daerah dengan UMK (upah minimum kabupaten/ kota) tinggi, seperti Tangerang, Sukabumi lantas membuka lagi perusahaan baru di Salatiga, Boyolali, Jepara, atau Rembang. Pabrik lama tidak atau belum ditutup, tapi memang aktivitas perusahaan sudah berpindah ke pabrik baru
Upaya membuat pabrik di lokasi dengan UMK rendah demi terciptanya daya saing yang sepadan dengan negara lain.
Ini terjadi secara general di bidang usaha utama padat karya, sepatu, dan garmen. Tujuannya mempertahankan level daya saing perusahaan dengan pertimbangan UMP atau UMK
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto mengungkapkan, pabrikan tidak banyak melakukan relokasi saat ini. Karena permintaan yang menurun secara dalam. Apalagi merek global seperti Adidas-Nike sudah menyampaikan penurunan permintaan hingga 50%.
"Relokasi mungkin terjadi di sebelum pandemi, dan penambahan unit di 2020-2021. Tapi bisa dipastikan, sejak para global brand menyampaikan soal kondisi dunia dan market di semester-II tahun 2022 dan 2023, relokasi nggak ada," sebut Anne
"Yang ada di Jateng setahu saya terjadi pengurangan jam kerja, PKWT (perjanjian kerja waktu tertentu) nggak diteruskan. Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dan memang kondisinya seperti itu," tambahnya.
Ketua Umum Aprisindo Eddy Widjanarko, relokasi bisa jadi dilakukan karena ekspansi usaha.
"Di Indonesia itu relokasi tidak mengartikan pabrik yang awal itu langsung ditutup dan terus dipindah, bukan begitu. Kebanyakan pabriknya ada tetap di Tangerang atau di mana, tapi mereka melakukan ekspansi ke Jawa Tengah," kata Eddy.
Sumber : CNBC Indonesia