Pengurangan Resiko bagi Pekerja Migran Indonesia
Pengurangan Resiko bagi Pekerja Migran Indonesia
Pemerintah melalui Kementerian/Dinas Tenaga Kerja terus berupaya untuk mengurangi resiko bagi pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan aspek perlindungan serta meningkatkan kompetensi kerja.
“Mengelola migrasi tenaga kerja secara profesional dapat membantu pekerja migran mendapatkan akses pekerjaan yang baik dan memperbaiki perlindungan mereka ketika di luar negeri. Hal ini merupakan kewajiban pemerintah untuk memfasilitasi.
Dari aspek perlindungan, selama ini pemerintah Indonesia telah membuat berbagai kemajuan dalam sistem migrasi pekerja seperti Undang-undang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia , Konsensus perlindungan Pekerja Migran ASEAN serta adanya program Desa Migran Produktif di daerah pedesaan.
Namun di sisi lain, para pekerja migran juga harus ditingkatkan dari segi kompetensinya agar membuat proses migrasi menjadi lebih aman, murah, cepat, dan bermanfaat. Dengan dengan meningkatkan kompetensi pekerja migran menjadi lebih baik maka akses terhadap pekerjaan juga lebih baik.
“Ada beberapa bidang yang selama ini pekerja migran Indonesia kurang, terutama tentang bahasa, computer, dan kompetensi kerja yang harus ditingkatkan.
Masyarakat perlu melihat isu pekerja migran secara objektif. Dari segi angka, permasalahan-permasalah yang dihadapi pekerja migran juga menurun.
“Kekerasan terhadap pekerja migran menurun, permasalahan mengenai pekerjaan juga menurun, permasalahan mengenai penganiayaan dan masalah upah tidak dibayar juga juga menurun.
“Tak hanya itu, kita tidak ingin pekerja migran kita dibebani dengan beban kerja yang berlebihan karena rangkap-rangkap jabatan. Selama ini kita membuat kebijakan yang berlaku ke semua negara, sementara karakter setiap negara berbeda. Oleh karena itu, kedepannya kebijakan di setiap negara akan berbeda.
Remitansi
Dalam kesempatan ini, Hanif pun mengatakan remitansi dari pekerja migran Indonesia memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Devisa yang dihasilkan dari pekerja migran berada diurutan keenam. Urutan pertama Kelapa Sawit, Pariwisata, Tekstil, Migas, Batubara, dan kemudian PMI.
Menurut data Bank Indonesia (BI), pada kuartal II 2022 remitansi atau pengiriman uang pekerja migran Indonesia (PMI) dari luar negeri ke Tanah Air mencapai US$2,39 miliar.
Jumlah tersebut meningkat 1,82% dibanding kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq), serta tumbuh 4,87% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Jika diakumulasikan, kiriman uang PMI ke keluarganya di Indonesia sepanjang semester I 2022 sudah mencapai US$4,73 miliar, tumbuh 4,32% (yoy) dibanding semester I tahun lalu.
Remitansi PMI terbesar di semester pertama 2022 berasal dari Arab Saudi, yakni mencapai US$1,41 miliar atau setara Rp21,05 triliun (kurs Rp14.882 per US$).
Kiriman uang PMI terbesar berikutnya adalah dari Malaysia, yakni mencapai US$1,27 miliar. Diikuti dari Taiwan US$712,82 juta, dari Hong Kong US$650,4 juta, dan dari Singapura US$293,55 juta.
Ada pula remitansi PMI dari Uni Emirat Arab senilai US$96,82 juta, dari Yordania US$95,2 juta, dari Korea Selatan US$43,23 juta, dari Jepang US$40,39 juta, dari Kuwait US$25,73 juta, serta gabungan dari negara-negara lainnya senilai US$84,36 juta.
Migrasi pekerja maka manfaat secara ekonomi bisa dirasakan, baik itu oleh keluarga maupun oleh negara. Bahkan , selain faktor ekonomi, ternyata migrasi terjadi juga karena faktor budaya.
Kedepannya, cara pandang yang lebih komprehensif mengenai pekerja migran. Kita harus mulai merubah cara pandang kita dari kacamata resiko ke segi peluang. Resiko pasti ada, akan tetapi pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan perlindungan PMI di luar negeri.
Sementara itu, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves mengatakan, meskipun migrasi tenaga kerja mencerminkan terbatasnya kesempatan kerja domestik, namun migrasi juga memberikan dampak yang signifikan, baik bagi pekerja migran maupun perekonomian Indonesia.
“Pekerja migran Indonesia dapat memeperoleh penghasilan sampai enam kali upah mereka di dalam negeri, dan bagi 70% pekerja migran, bekerja di luar negeri merupakan pengalaman positif yang membantu mereka meningkatkan kesejahteraan,” ujar Rodrigo.
Selain itu, tambah Rodrigo, migrasi juga memberikan peluang kepada pekerja migran untuk memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja, dan bagi hampir 80% pekerja migran wanita, migrasi merupakan pintu masuk ke pasar kerja.