Pemerintah Terus Perkuat Mutu Pelatihan Kerja dan Pemagangan
Pemerintah Terus Perkuat Mutu Pelatihan Kerja dan Pemagangan
Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Ketenagakerjaan RI (Kemnaker) terus memperkuat mutu dan akses pelatihan
kerja untuk meningkatkan kompetensi SDM Indonesia. Selain itu, Kemnaker
juga terus menggalakkan Program Pemagangan untuk mendukung percepatan
peningkatan kompetensi tersebut.
“Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan terus
melakukan upaya untuk memberi akses angkatan kerja masuk ke dunia kerja
yang dilakukan melalui pelatihan kerja dan program pemagangan yang
sesuai dengan kebutuhan industri,” kata Sekjen Kemnaker, Hery Sudarmanto
pada acara Diskusi Ketenagakerjaan di Jakarta pada hari Rabu
(22/11/2017).
Dalam diskusi yang bertemakan “Kerjasama Pemerintah dan Dunia Industri Untuk Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Melalui Pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) dan Program Pemagangan” tersebut, ia memaparkan bahwa saat ini angkatan kerja Indonesia berjumlah 128,06 juta (BPS, Agustus 2017). Jumlah tersebut naik 2,62 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2016 sebesar 125,44 juta orang.
Dalam diskusi yang bertemakan “Kerjasama Pemerintah dan Dunia Industri Untuk Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Melalui Pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) dan Program Pemagangan” tersebut, ia memaparkan bahwa saat ini angkatan kerja Indonesia berjumlah 128,06 juta (BPS, Agustus 2017). Jumlah tersebut naik 2,62 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2016 sebesar 125,44 juta orang.
Sedangkan Tingkat Penganggura Terbuka (TPT) tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 0,11 persen. Pada Agustus 2016, TPT Indonesia sebesar
5,61 persen. Pada Agustus 2017, TPT Indonesia sebesar 5,50 persen.
“Hanya saja, jumlah angkatan kerja Indonesia masih didominasi oleh
lulusan SD-SMP yang mencapai 60 persen,” kata Sekjen Kemnaker.
Untuk itu, pemerintah terus memperkuat mutu dan akses Balai Latihan
Kerja (BLK) untuk kompetensi angkatan kerja Indonesia. Saat ini,
masyarakat Indonesia dapat mengikuti pelatihan di BLK tanpa dipungut
biaya serta tanpa pembatasan maksimal usia dan minimal jenjang
pendidikan.
Selain itu, upaya ini didukung dengan program pemagangan. Sampai
saat ini, Kemnaker telah bekerjasama dengan 107 Lembaga Pengirim
Pemagangan Luar Negeri. Sedangkan pemagangan dalam negeri, pelaksanaanya
tersebar di 32 provinsi dengan melibatkan sedikitnya 7 kawasan
industri.
“Pada tahun 2016, pemagangan dalam negeri diikuti 25.847 orang
peserta. Sementara itu, pemagangan luar negeri diikuti oleh 6.620 orang
peserta,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Binalattas Kemnaker, Bambang
Satrio Lelono menjelaskan bahwa sistem pendidikan di Indonesia juga
dihadapkan persoalan miss match. Yakni ketidak sesuaian antara
orientasi pendidikan dengan pekerjaan setelah lulus. Oleh karenanya,
pelatihan di BLK ini juga bisa memperkuat kompetensi mereka.
“Kami juga mendorong pelatihan kerja di BLK dengan program 3R BLK.
Program ini dimaksudkan agar pelatihan kerja di BLK fokus dengan potensi
daerah setempat atau kebutuhan pasar kerja. Artinya, pelatihan berbasis
demand driven,” kata Bambang Satrio menjelaskan.
Ia juga menjelaskan, saat ini ada 301 BLK di seluruh Indonesia, 17
diantaranya adalah UPTP Kemnaker dan sisanya milik pemda. Adapun,
kapasita latih BLK mencapai 276 ribu orang per tahun. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan Indonesia akan tenaga kerja terampil, kapasitas BLK
ini akan terus ditingkatkan.
“Pelatihan di BLK juga diharapkan menjadi sarana peningkatan kompetensi bagi masyarakat yang habis putus PHK,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Kompartemen Kadin Indonesia, Bob Azam saat ini
Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai
penggerak utama ekonomi. Hal ini disebabkan salah satunya oleh
perkembangan teknologi dan informasi (TI) pada hampir semua aspek.
Menurutnya, saat ini faktor utama penggerak ekonomi adalah penguasaaan teknologi dan SDM kompeten.
“Selain diimbangi dengan inovasi dan perbaikan iklim bisnis, faktor
kunci lain untuk menyambut perubahan ini adalah penyiapan SDM
kompeten,” terangnya.
Ia menambahkan, 56 persen pasar kerja Indonesia rentan akan perubahan yang disebabkan oleh technology disruption.
Oleh karenanya, program percepatan kompetensi haruslah mendapat
dukungan dari semua pihak. Baik pelaku industri maupun masyarakat secara
umum.
“Sebagai konsep untuk pengembangan manajemen SDM ke depan,
pemagangan yang digagas oleh pemerintah dapat menjadi konsep percepatan
pengembangan SDM,” terangnya lagi.
---- Berita Terkait ----